Romantisme Malam di Kota Yogyakarta (Tugu Jogja dan Malioboro) part 1

Berwisata ke kota Yogyakarta tentu kurang lengkap tanpa menikmati romantisme malam hari di sana. Banyak orang bilang, suasana malam hari Yogyakarta merupakan salah satu moment romantic yang selalu mereka rindukan. Senyum ramah masyarakat, canda tawa mereka, atraksi seniman jalanan, dan keramaian kota yang tak pernah tidur seakan menjadi bagian menarik dan selalu diingat oleh mereka yang pernah datang ke sana. Sehingga sangat pantas apabila sebutan “istimewa” melekat pada kota satu ini. Tidak hanya untuk warganya sendiri, namun juga bagi para wisatawan yang berkunjung ke sana.

Di edisi kali ini, kami akan mengajak kalian untuk melihat tempat mana saja yang paling asik untuk menikmati suasana malam hari di kota Yogyakarta. Di kesempatan kali ini, beberapa tempat yang kami kunjungi adalah Tugu Jogja dan Jalan Malioboro. Dua nama tersebut tentunya sudah tidak asing lagi buat kalian. Selain sebagai symbol kota Yogyakarta, dua tempat ini juga menjadi salah satu icon pariwisata yang wajib untuk kita kunjungi, terutama di malam hari. Nah bagaimana romantisme malam hari di dua tempat tersebut, yuk kita lihat satu persatu.

Tugu Jogja

Tugu Jogja ini merupakan landmark kota Yogyakarta yang berada di tengah perempatan Jalan Mangkubumi, Jalan Jendral Soedirman, Jalan A.M Sangaji, dan Jalan Diponegoro. Lokasinya tidak jauh dari Stasiun Tugu Yogyakarta, hanya 1-2 km dari sana.

Tidak seperti Tugu Monas yang ada di Jakarta yang mempunyai bangunan yang tinggi dan mempunyai taman yang luas, Tugu Jogja hanya berada di tengah perempatan jalan dan hanya memiliki tinggi sekitar 15 meter. Namun apakah yang menarik di sana? Dan apakah yang membuat Tugu Jogja ini sangat istimewa? Tidak lain dan tidak bukan adalah sejarah serta nilai filosofi yang terkandung di dalamnya.
Tugu Jogja
Seperti halnya bangunan-bangunan bersejarah di Yogyakarta lainnya, Tugu Jogja ini juga memiliki nilai-nilai filosofis yang sangat tinggi. Hal itu sangat terlihat dari bentuk dan beberapa ukiran yang menghiasinya. Selain itu, lokasi dari Tugu Jogja ini juga bukan tanpa alasan. Lokasi Tugu Jogja ini berada di tengah garis lurus antara Kraton Yogyakarta, Gunung Merapi, dan Laut selatan. Sehingga secara spiritual, garis lurus ini memiliki nilai magis dan memiliki makna tersendiri di dalamnya.
Tugu Jogja ini juga telah menjadi saksi sejarah perjuangan masyarakat Yogyakarta dalam melawan para penjajah Belanda pada zaman dahulu dan menjadi saksi perkembangan kota Yogyakarta hingga sekarang. Tugu yang dibangun setelah berdirinya kraton Yogyakarta ini, juga telah mengalami beberapa kali renovasi. Awalnya Tugu Jogja ini mempunyai tiang berbentuk silinder (Gilig) yang mengerucut ke atas dan bagian puncaknya berbentuk bulat (Golong). Sehingga dulunya di sebut Tugu Golong Gilig.
Miniatur Tugu Golong Gilig
Namun pada sekitar tahun 1867an, pernah terjadi gempa yang mengguncang Yogyakarta dan juga meruntuhkan tugu tersebut. Pada tahun 1889an, pemerintah Belanda merenovasi tugu tersebut dengan mengubah bentuk tiang menjadi persegi, dan bagian puncak tugu berbentuk kerucut. Tinggi tugu yang awalnya setinggi 25 meter  diubah menjadi 15 meter. Bahkan setiap sisi tugu tersebut  dihiasi semacam prasasti yang menunjukan siapa saja yang terlibat dalam pembangunan tugu tersebut. Tugu tersebut kemudian dijuluki Tugu De Witt Paal atau Tugu Pal Putih.
Lukisan Sejarah Pembuatan Tugu
Menurut sejarahnya, renovasi tersebut awalnya dilakukan oleh bangsa Belanda untuk mengikis persatuan antara masyarakat Yogyakarta dan raja. Namun strategi tersebut kemudian sia-sia karena tangkis oleh rasa persatuan dan eratnya hubungan antara rakyat dan raja di Yogyakarta.

Nah, begitulah sepenggal kisah tentang sejarah Tugu Jogja  yang sudah melegenda sejak ratusan tahun yang lalu. Untuk lebih jelasnya, di sebelah selatan Tugu Jogja juga terdapat sebuah monumen yang menceritakan sejarah tentang Tugu Jogja ini. Monumen tersebut dibangun dengan desain seperti taman untuk memperkenalkan sejarah serta nilai-nilai filosofis dari Tugu Jogja pada para pengunjung yang datang ke sana. Di monumen tersebut terdapat beberapa lukisan yang menggambarkan sejarah Tugu Jogja, bahkan ada juga miniatur Tugu Golong Gilig dan miniatur kota Yogyakarta yang menjelaskan tentang garis lurus yang antara Tugu Jogja dan kraton Yogyakarta.
Monumen Tugu Jogja
Begitu identiknya Tugu Jogja dengan kota Yogyakarta, dulu bahkan ada sebuah tradisi yang sering dilakukan banyak Mahasiswa setelah mereka lulus dan akan kembali ke tempat asalnya. Saat mereka datang ke Tugu Jogja, mereka akan memeluk dan mencium Tugu Jogja sebelum mereka pulang. Mungkin, hal itu dilakukan sebagai ungakapan rasa sayang terhadap kota Yogyakarta yang akan mereka tinggalkan. Dan ada juga beberapa mitos apabila melakukan hal tersebut, suatu saat akan membawa mereka kembali mengunjungi kota istimewa satu ini.
Berfoto Di Tugu Jogja
Karena lokasinya yang berada di tengah perempatan jalan, area Tugu Jogja kemudian diperbaiki lagi dengan memberikan sedikit jarak agar tidak terlalu dekat dengan kendaraan yang melintasinya. Selain itu tampilan Tugu Jogja terlihat semakin menarik dengan dihiasi tanaman dan lampu taman yang menyinari tugu sehingga terlihat lebih hidup. Para pengunjung yang datang ke sana biasanya akan menyempatkan diri untuk mendekati tugu tersebut dan berfoto-foto. Banyak juga pengunjung yang berpendapat bahwa “Belum ke Yogyakarta, bila belum berfoto di dekat Tugu Jogja ini”.

Untuk menikmati suasana malam di Tugu Jogja ini, anda tidak perlu mengeluarkan biaya apapun, alias gratis. Namun apabila anda menggunakan kendaraan pribadi, anda hanya cukup mengeluarkan uang untuk biaya parkir di sekitar area Tugu Jogja saja.

Bagaimana? Anda tertarik? Yuk ke sana! :)

Setelah menikmati romantisme Tugu Jogja, waktunya untuk jalan-jalan di Malioboro.

Related Posts:

0 Response to "Romantisme Malam di Kota Yogyakarta (Tugu Jogja dan Malioboro) part 1"

Post a Comment